Hmm…
Sudah lama sekali
aku tidak menulis. Sejak…..
aku tidak terlalu
ingat kapan terakhir aku menulis. Mungkin ini pertama kalinya aku kembali
menggenggam pensil dan menari-narikannya di atas kertas.
Ini bukan kertas pertama
yang diberikan padaku selama aku disini.
Greekk!
Itu dia. Orang
pertama yang selalu aku lihat ketika aku bangun dari lelapku disetiap harinya.
“Cantik bisa bangun sendiri kok”
“oke, manis… waktuna apa….?”
“waktunya buka mulut!!” jawabku
antusias
“pinter!!! A……..’ “
Dia juga orang
yang selalu tersenyum padaku setiap saat. Kadang aku berfikir, apa mungkin
mulutnya itu kaku karena setiap kali aku melihatnya ia tak pernah lepas dari
senyum.
‘kapan-kapan aku akan mencoba
menyentuh pipinya ah! Untuk memastikannya! Hihihi’
“tunggu beberapa
saat dulu yah! Jangan langsung rebahan. Oke?”
Seperti biasa,dia
mengangkat tangannya untuk mengisyaratkan kata `ok`. Dan akhirnya dia pergi
meninggalkanku lagi.
Greeekk!“Cantik!!!” sore itu
senyumnya lebih lebar dari biasanya. Seperti biasa, ia membawa sebuah nampan
stenlis berisi segelas air mineral dan beberapa botol-botol kecil yang
terkadang sangat bosan aku melihatnya. Tapi …..tidak untuk saat ini.
“lihat! Aku bawa apa”
“apa? Apa?”
“beberapa lembar kertas warna-warni!
Kamu suka? Ini!”
“waw … kenapa ukurannya tidak sama?”
“hei ! ini namanya kertas origami.
Memang seperti ini ukurannya. Bermacam-macam”
“oooh.. Cantik kira kertas dari
mulung di tempat sampah”
“enak aja. Ini buat Cantik! Dan
jangan lupa ,..” “buka
mulut” aku menyahut.
“oke :) a……’ “ senyumnya benar-benar lebar. Kali ini aku
benar-benar selalu menunggu datangnya nampan yang selalu disiapkan khusus
untukku itu.
Aku suka menulis. Menulis apaaa
saja. Puisi, pelajaran, nama-nama keluarga. Semuanya. Dia tahu aku suka
menulis, makanya lelaku itu tak pernah segan dan bosan memberiku secarik kertas
untuk sekedar corat coret, lipat-lipat atau benar-benar menulis. Sampai pada
saatnya aku mampu dan mau untuk kembali menulis. Aku sedikit lupa bagaimana
cara menulis huruf A. aku sedikit lupa bagaimana cara mengeja. Bahkan aku
kesulitan mengurutkan abjad. Jari-jariku rasanya beku, kaku dan takut.
Sudah berapa lama aku tidak menulis?
Itu pertanyaan
yang sulit di jawab. Bahkan sudah berapa lama aku tidur, tertidur atau di
tidurkan disini saja aku tidak ingat.
“hei kamu boleh gunakan kertas ini
sesukamu. Asal jangan di makan aja”
Dan kemudian, ia
pergi.
Dalam sehari,lelaki itu datang
selang 2 sampai 3 jam sekali bahkan kurang dari itu. Aku tidak mau orang lain.
Aku hanya mau dia saja.
Aku kembali menulis. Menulis apa
saja yang aku ingat. Ice cream, arum manis, pagi, senja dan kamar ini. Aku juga
menulis tentang batuk, sesak, putih, masker, kamar mandi, piring, nampan, kurus
dan …… orang itu. Selalu dia. Karena memang hanya dia.
Oh ya, terkadang aku mengingat paman
Ken. Keluargaku satu-satunya yang ku miliki saat ini. Biasanya ia mengintaiku
dari celah kaca dipintu itu. karena memang tak ada seorang pun yang boleh berlama-lama atau berdekatan denganku kecuali para medis. Setelah beberapa saat kemudian paman pergi.
“bawa masuk tabung oksigennya!
Sekarang Ares!”
“baik Dok”
Itu suara Dokter
Alan bersama beberapa rekannya yang berapa disampingku. Ruangan ini seperti
bergelembung dan bergoyang-goyang. Membuat sesak dadaku. Ada beberapa orang
disini, seperti biasa, mereka sibuk dengan pekerjaannya.
Tabung oksigen dan beberapa selang.
Aku melihatnya tapi kunang-kunang nya terlalu banyak, hingga aku tidak dapat
melihat dengan jelas. Dan tiba-tiba …. Mengantuk.
Aku menulis tentang lelaki itu lagi
hari ini. Dan kemudian terdengar pintu diketuk.
“paman Ken!” ku
lambaikan tanganku dan ku kembangkan senyumku.
Paman membalas senyumnya untukku
dari balik pintu. Dan diam untuk beberapa saat. Lelaki itu datang lagi membawa
nampannya untukku dan serangkai mawar putih dari paman Ken untukku.
“besok aku ingin bunga Daisi atau
bunga Krisan”
“oke manis! :) pesanan akan segera datang besok! Bahkan sebelum
kamu terbangun dari tidurmu”
“ :) “ aku tersenyum
Dadaku!!! Serasa
penuh. Sesak! Seperti ada banyak sekali kupu-kupu yang mendesak keluar dan membuatku
terbatuk-batuk
“Astaga!!!” lelaki itu mencari-cari
handuk atau semacamnya untuk membersihkan cairan yang keluar dengan tiba-tiba
dari mulutku.
“darah” kataku
Siapa yang tidak
panik. Aku sendiri takut dibuatnya. Tapi aku terus terbatuk-batuk tanpa kuasa
untuk berhenti. Sprei dan selimut telah terwarnai. Ber-bercak-bercak. Indah!.
“jangan
takut yah! Ini tidak apa-apa”
“iya”
Aku tau, lelaki
ini sedang mencoba menenangkanku. Tapi aku tau ini bukan berita baik.
“Om Alan akan segera datang, manis!”
Senyumnya selalu ada. Itu yang
selalu membantuku untuk dapat terus menghisap udara di setiap hariku.
Malam itu, paman Ken disampingku.
Menggenggam tanganku. Rasanya hangat di tengah dinginnya kamar yang begitu pucat
ini.
“aku
bawakan bunga Daisi untuk putri kecilku”
“ :) “
“beberapa
kertas origami, dan sebuah buku catatan”
“ :) “
Aku ingin mengucapkan terimakasih
banyak untuk paman Ken. Tapi rasanya nafasku tidak sampai untuk mengeluarkan
kata itu.
Aku baru saja membuka mata, tapi
sebenarnya aku sudah terbangun sejak beberapa saat lalu. Tidak usah
ditutup-tutupi. Aku mengerti.
Komplikasi. Ya, TBC sudah bersarang
ditubuhku. Aku tidak mengerti apa itu TBC tapi yang aku tau, itu yang membuatku
menjadi semakin tak berdaya.
Sesak. Batuk.
Darah dan… entahlah.
Aku memencet tombol alarm pada
perawat atau lelaki itu. Aku ingin di bawakan nampan beserta botol-botol kecil
di atasnya. Setidaknya butiran-butiran pahit itu yang membuatku bisa bertahan
hingga saat ini.
“Cantik! Kamu baik-baik aja?” lelaki
itu datang terburu. Lengkap dengan masker di wajahnya. Oh Tuhan, aku tidak
dapat melihat senyumnya lagi sekarang.
Aku tidak mampu berucap dengan
mudah. Seandainya mataku mampu mengungkapkan perasaanku, bahwa aku benar-benar
sedang merindukan Paman Ken dan dia beserta nampannya.
“paman Ken telah membawakan bunga
Daisi pesananmu”
Dia duduk
disampingku dengan setangkai Daisi ditangannya.
“a … aku takut”
“jangan takut. Ada Ares disini”
“dingin”
“aku akan menyelimutimu”
Bahkan senyumnya tidak
berkurang sedikitpun, terlihat dari matanya yang menyipit.
“hahaha.. Cantik keliatan lucu deh.
Mata Cantik tuh dalam dan pipi Cantik itu kayak cerry”
Yang benar itu
adalah mataku kian cekung dan tulang pipiku makin menonjol. Mirip mumi mungkin.
“berapa usiaku?”
“Cantik inget nggak dulu kita pernah
ngitung umur kita?”
“iya”
“emmmm umur Cantik sekarang …. 9
tahun 10 bulan . waw!!! 2 bulan lagi Cantik ulang tahun :D “
“kita bener-bener beda 11 tahun ya “
“iya. Aku udah hubungin paman Ken.
Paman akan segera datang”
“paman akan masuk kesini?”
“iya manis :) “
“hai sayang”
Paman Ken
menciumku. Ini pertama kalinya ia menciumku.
“ :) “
“jangan takut. Ada paman”
“paman, apa aku akan mati? Seperti
apa rasanya mati? Apa sakit? Atau sesak? Ceritakan padaku paman”
“sayang, kamu bicara apa. Cantik
akan baik-baik aja”
Aku melihatnya.
Paman menangis.
“manis, jangan takut. Ares temenin
Cantik terus”
Lelaki itu
memberikan Daisi ditangannya padaku
“Om mau menikah denganku?”
“ha?”
“aku mohon Om! “
“I iya … iya manis. Menikahlah
denganku nanti setelah Cantik sembuh. Jadi harus terus semangat. Oke! :) “
“terimakasih”
Usai malam itu,
selain paman Ken. Lelaki itu, yang tersayang om Ares, perawat dengan senyum
terindah adalah orang pertama yang hadir di upacara pemakamanku. upacara yang
indah. Banyak sekali bunga krisan dan Daisi dimana-mana. Untuk pertama kalinya
om Ares menangis untukku dan paman Ken yang menciumiku tanpa jeda masih dengan masker dan semua perlengkapan yang di kenakannya untuk tetap mencegah menularan.
Apakah aku akan
merindukan kalian?
Apakah aku akan
ingat kalian?
Sekali lagi ini pertanyaan yang tak
terjawab.
Maaf jika semunya
tidak indah selama aku ada. Paman Ken, Dokter Alan, dan Om Ares perawat
terbaikku. Masih banyak rasa yang belum aku ungkapkan dalam tulisan-tulisanku
ini untuk kalian semua.
Terimakasih telah membantuku
bernafas dan menemaniku tersenyum setiap hari. Sekarang aku tidak lagi harus
memakai mantel jika ingin bermain. Sekarang aku tidak harus menghindari
orang-orang didekatku. dan tidak lagi berada di ruangan dingin itu lagi.
***
“terimakasih
Ares”
“terimakasih
kembali paman”
“uang
hasil penjualan buku Cantik akan disumbangkan untuk anak-anak pengidap HIV yang
lain dihari ulang tahun Cantik besok”
“iya
paman. Semoga semangat Cantik ada di dalam diri anak-anak pengidap lainnya”
“terimakasih
telah sudi menemani Cantik dan aku, Ares”
“paman,
gadis kecilmu pantas memiliki keluarga seperti paman. Ares menyayanginya sama
seperti paman”
“semua
berkat senyummu, om Ares . hahaha. Itu kata Cantik :D “
“nih
semangatnya” sambil menunjuk sunggingan senyumnya sendiri
0 komentar:
Posting Komentar