Welcome

Let's Imagine With Me (Chery_Moon / e.k.Rahadian)

You Can View All Of Your Life

Istana Cerpen

cerpen kompas

SETITIK SEMANGAT CINTA CANTIK

Jumat, 29 Juni 2012



Hmm…
Sudah lama sekali aku tidak menulis. Sejak….. 
aku tidak terlalu ingat kapan terakhir aku menulis. Mungkin ini pertama kalinya aku kembali menggenggam pensil dan menari-narikannya di atas kertas.
Ini bukan kertas pertama yang diberikan padaku selama aku disini.
            Greekk!
“Cantik! Sudah waktunya!!!”
Itu dia. Orang pertama yang selalu aku lihat ketika aku bangun dari lelapku disetiap harinya.
            “Cantik bisa bangun sendiri kok”
            “oke, manis… waktuna apa….?”
            “waktunya buka mulut!!” jawabku antusias
            “pinter!!! A……..’ “
Dia juga orang yang selalu tersenyum padaku setiap saat. Kadang aku berfikir, apa mungkin mulutnya itu kaku karena setiap kali aku melihatnya ia tak pernah lepas dari senyum.
            ‘kapan-kapan aku akan mencoba menyentuh pipinya ah! Untuk memastikannya! Hihihi’


“tunggu beberapa saat dulu yah! Jangan langsung rebahan. Oke?”
Seperti biasa,dia mengangkat tangannya untuk mengisyaratkan kata `ok`. Dan akhirnya dia pergi meninggalkanku lagi.

            Greeekk!“Cantik!!!” sore itu senyumnya lebih lebar dari biasanya. Seperti biasa, ia membawa sebuah nampan stenlis berisi segelas air mineral dan beberapa botol-botol kecil yang terkadang sangat bosan aku melihatnya. Tapi …..tidak untuk saat ini.
            “lihat! Aku bawa apa”
            “apa? Apa?”
            “beberapa lembar kertas warna-warni! Kamu suka? Ini!”

            “waw … kenapa ukurannya tidak sama?”
            “hei ! ini namanya kertas origami. Memang seperti ini ukurannya. Bermacam-macam”
            “oooh.. Cantik kira kertas dari mulung di tempat sampah”
            “enak aja. Ini buat Cantik! Dan jangan lupa ,..”           “buka mulut”  aku menyahut.
“oke :) a……’ “ senyumnya benar-benar lebar. Kali ini aku benar-benar selalu menunggu datangnya nampan yang selalu disiapkan khusus untukku itu.

            Aku suka menulis. Menulis apaaa saja. Puisi, pelajaran, nama-nama keluarga. Semuanya. Dia tahu aku suka menulis, makanya lelaku itu tak pernah segan dan bosan memberiku secarik kertas untuk sekedar corat coret, lipat-lipat atau benar-benar menulis. Sampai pada saatnya aku mampu dan mau untuk kembali menulis. Aku sedikit lupa bagaimana cara menulis huruf A. aku sedikit lupa bagaimana cara mengeja. Bahkan aku kesulitan mengurutkan abjad. Jari-jariku rasanya beku, kaku dan takut.
           
            Sudah berapa lama aku tidak menulis?
Itu pertanyaan yang sulit di jawab. Bahkan sudah berapa lama aku tidur, tertidur atau di tidurkan disini saja aku tidak ingat.
            “hei kamu boleh gunakan kertas ini sesukamu. Asal jangan di makan aja”
Dan kemudian, ia pergi.
            Dalam sehari,lelaki itu datang selang 2 sampai 3 jam sekali bahkan kurang dari itu. Aku tidak mau orang lain. Aku hanya mau dia saja.

            Aku kembali menulis. Menulis apa saja yang aku ingat. Ice cream, arum manis, pagi, senja dan kamar ini. Aku juga menulis tentang batuk, sesak, putih, masker, kamar mandi, piring, nampan, kurus dan …… orang itu. Selalu dia. Karena memang hanya dia.
            Oh ya, terkadang aku mengingat paman Ken. Keluargaku satu-satunya yang ku miliki saat ini. Biasanya ia mengintaiku dari celah kaca dipintu itu. karena memang tak ada seorang pun yang boleh berlama-lama atau berdekatan denganku kecuali para medis. Setelah beberapa saat kemudian paman pergi.
            “bawa masuk tabung oksigennya! Sekarang Ares!”
            “baik Dok”
Itu suara Dokter Alan bersama beberapa rekannya yang berapa disampingku. Ruangan ini seperti bergelembung dan bergoyang-goyang. Membuat sesak dadaku. Ada beberapa orang disini, seperti biasa, mereka sibuk dengan pekerjaannya.
            Tabung oksigen dan beberapa selang. Aku melihatnya tapi kunang-kunang nya terlalu banyak, hingga aku tidak dapat melihat dengan jelas. Dan tiba-tiba …. Mengantuk.

            Aku menulis tentang lelaki itu lagi hari ini. Dan kemudian terdengar pintu diketuk.
“paman Ken!” ku lambaikan tanganku dan ku kembangkan senyumku.
            Paman membalas senyumnya untukku dari balik pintu. Dan diam untuk beberapa saat. Lelaki itu datang lagi membawa nampannya untukku dan serangkai mawar putih dari paman Ken untukku.
            “besok aku ingin bunga Daisi atau bunga Krisan”
            “oke manis! :) pesanan akan segera datang besok! Bahkan sebelum kamu terbangun dari tidurmu”
            “ :) “ aku tersenyum
Dadaku!!! Serasa penuh. Sesak! Seperti ada banyak sekali kupu-kupu yang mendesak keluar dan membuatku terbatuk-batuk
            “Astaga!!!” lelaki itu mencari-cari handuk atau semacamnya untuk membersihkan cairan yang keluar dengan tiba-tiba dari mulutku.
            “darah” kataku
Siapa yang tidak panik. Aku sendiri takut dibuatnya. Tapi aku terus terbatuk-batuk tanpa kuasa untuk berhenti. Sprei dan selimut telah terwarnai. Ber-bercak-bercak. Indah!.
           
“jangan takut yah! Ini tidak apa-apa”
            “iya”
Aku tau, lelaki ini sedang mencoba menenangkanku. Tapi aku tau ini bukan berita baik.
            “Om Alan akan segera datang, manis!”
Senyumnya selalu ada. Itu yang selalu membantuku untuk dapat terus menghisap udara di setiap hariku.

Malam itu, paman Ken disampingku. Menggenggam tanganku. Rasanya hangat di tengah dinginnya kamar yang begitu pucat ini.
            “aku bawakan bunga Daisi untuk putri kecilku”
            “ :)
            “beberapa kertas origami, dan sebuah buku catatan”
            “ :)
Aku ingin mengucapkan terimakasih banyak untuk paman Ken. Tapi rasanya nafasku tidak sampai untuk mengeluarkan kata itu.

            Aku baru saja membuka mata, tapi sebenarnya aku sudah terbangun sejak beberapa saat lalu. Tidak usah ditutup-tutupi. Aku mengerti.
            Komplikasi. Ya, TBC sudah bersarang ditubuhku. Aku tidak mengerti apa itu TBC tapi yang aku tau, itu yang membuatku menjadi semakin tak berdaya.
Sesak. Batuk. Darah dan… entahlah.
           
            Aku memencet tombol alarm pada perawat atau lelaki itu. Aku ingin di bawakan nampan beserta botol-botol kecil di atasnya. Setidaknya butiran-butiran pahit itu yang membuatku bisa bertahan hingga saat ini.
            “Cantik! Kamu baik-baik aja?” lelaki itu datang terburu. Lengkap dengan masker di wajahnya. Oh Tuhan, aku tidak dapat melihat senyumnya lagi sekarang.
            Aku tidak mampu berucap dengan mudah. Seandainya mataku mampu mengungkapkan perasaanku, bahwa aku benar-benar sedang merindukan Paman Ken dan dia beserta nampannya.
           
            “paman Ken telah membawakan bunga Daisi pesananmu”
Dia duduk disampingku dengan setangkai Daisi ditangannya.
            “a … aku takut”
            “jangan takut. Ada Ares disini”
            “dingin”
            “aku akan menyelimutimu”
Bahkan senyumnya tidak berkurang sedikitpun, terlihat dari matanya yang menyipit.
            “hahaha.. Cantik keliatan lucu deh. Mata Cantik tuh dalam dan pipi Cantik itu kayak cerry”
Yang benar itu adalah mataku kian cekung dan tulang pipiku makin menonjol. Mirip mumi mungkin.
            “berapa usiaku?”
            “Cantik inget nggak dulu kita pernah ngitung umur kita?”
            “iya”
            “emmmm umur Cantik sekarang …. 9 tahun 10 bulan . waw!!! 2 bulan lagi Cantik ulang tahun :D
            “kita bener-bener beda 11 tahun ya 
            “iya. Aku udah hubungin paman Ken. Paman akan segera datang”
            “paman akan masuk kesini?”
            “iya manis :)

“hai sayang”
Paman Ken menciumku. Ini pertama kalinya ia menciumku.
            “ :)
 “jangan takut. Ada paman”
            “paman, apa aku akan mati? Seperti apa rasanya mati? Apa sakit? Atau sesak? Ceritakan padaku paman”
            “sayang, kamu bicara apa. Cantik akan baik-baik aja”
Aku melihatnya. Paman menangis.
            “manis, jangan takut. Ares temenin Cantik terus”
Lelaki itu memberikan Daisi ditangannya padaku
            “Om mau menikah denganku?”
            “ha?”
            “aku mohon Om! “
            “I iya … iya manis. Menikahlah denganku nanti setelah Cantik sembuh. Jadi harus terus semangat. Oke! :)
            “terimakasih”

Usai malam itu, selain paman Ken. Lelaki itu, yang tersayang om Ares, perawat dengan senyum terindah adalah orang pertama yang hadir di upacara pemakamanku. upacara yang indah. Banyak sekali bunga krisan dan Daisi dimana-mana. Untuk pertama kalinya om Ares menangis untukku dan paman Ken yang menciumiku tanpa jeda masih dengan masker dan semua perlengkapan yang di kenakannya untuk tetap mencegah menularan.

Apakah aku akan merindukan kalian?
Apakah aku akan ingat kalian?
            Sekali lagi ini pertanyaan yang tak terjawab.
Maaf jika semunya tidak indah selama aku ada. Paman Ken, Dokter Alan, dan Om Ares perawat terbaikku. Masih banyak rasa yang belum aku ungkapkan dalam tulisan-tulisanku ini untuk kalian semua.
            Terimakasih telah membantuku bernafas dan menemaniku tersenyum setiap hari. Sekarang aku tidak lagi harus memakai mantel jika ingin bermain. Sekarang aku tidak harus menghindari orang-orang didekatku. dan tidak lagi berada di ruangan dingin itu lagi.

***
“terimakasih Ares”
“terimakasih kembali paman”
“uang hasil penjualan buku Cantik akan disumbangkan untuk anak-anak pengidap HIV yang lain dihari ulang tahun Cantik besok”
“iya paman. Semoga semangat Cantik ada di dalam diri anak-anak pengidap lainnya”
“terimakasih telah sudi menemani Cantik dan aku, Ares”
“paman, gadis kecilmu pantas memiliki keluarga seperti paman. Ares menyayanginya sama seperti paman”
“semua berkat senyummu, om Ares . hahaha. Itu kata Cantik :D
“nih semangatnya” sambil menunjuk sunggingan senyumnya sendiri

0 komentar:

Posting Komentar

 

Lorem

Ipsum

poem (20) last (8) imagine (4) miss u (4) tentang hujan (4) Arum Manis (2) flsh back (2) hope (2) dulu (1) duluu sekali (1)

Dolor

poem (20) last (8) imagine (4) miss u (4) tentang hujan (4) Arum Manis (2) flsh back (2) hope (2)