Welcome

Let's Imagine With Me (Chery_Moon / e.k.Rahadian)

You Can View All Of Your Life

Istana Cerpen

cerpen kompas

TIGA DETIK

Jumat, 27 Mei 2016

            “Katakan padaku Ki, apa yang harus aku lakukan?!” Shela memelas meminta pertimbangan, tidak tidak.. mungkin yang dia butuhkan adalah pencerahan atau prespektif lain sebagai dasar bahan berfikirnya.
            “Tanyakan pada dirimu sendiri She, jawaban ada padamu. Menerima atau menolaknya” Kia mencoba menjawab dengan kalimat yang ingin Shela dengar, bukan mengarahkan pada yang Kia inginkan.
            “Mana mungkin aku menolaknya. Abah bisa sangat marah padaku. Tapi aku juga tidak bisa menerima perjodohan seperti ini” Shela menimpali. Mengeluarkan apa yang kini membebani pikiran dan hatinya. Hati? Entahlah apakah hal ini juga masuk dalam pertimbangan hatinya atau tidak. Karena sejak Kia mengenal Shela dan semakin dekat dan semakin dekat, Kia tahu bahwa sahabatnya satu ini lebih sering memanjakan ego dan logikanya daripada hati. Karena memang Shela terkadang kurang peka dan seperti gadis kecil yang asyik dengan mainannya.
            “Jika kamu menolaknya, jelaskan dengan kalimat yang baik pada Abahmu. Jika kamu menerimanya, berlakulah yang baik di depan lelakimu” Kia menambahkan. Bukannya tidak mau ambil pusing. Kia kembalikan segala keputusan pada Shela. Karena Shela yang berhak memutuskan. Toh Shela sudah dewasa dan memiliki kecerdasan untuk memilah dan memilih mana baik mana buruk. Mana pantas mana tidak pantas.
          

Tidak Apa Apa, Aku Ikhlas

Minggu, 26 Juli 2015

"eh, kalo uda nggak ada hubungan lagi sama dia di hapus dong status berpacarannya!"

"kalo uda nggak ada hubungan tolong di hapus status berpacarannya!"
" "

Happy Birth Day to Me

Kamis, 04 Desember 2014

04 Des '14
Hari sepi itu kembali datang
Entah berapa ribu jam yang telah ku lalui hanya dengan suara detak detiknya
bahkan miliaran manusia di sekelilingku tak sampai di telinga keberadaannya
Dinding itu kembali kokoh
Membentang di antara hidupku dan hidup manusia lain
Memberi jarak yang sebenarnya ku ciptakan sendiri
Sepi itu yang memulai semuanya.
Sepi itu yang memisahkan ku dengan lalu lalang.
Demi apa ? aku bertahan melewati
Semua karena mu.
Yang tak sudi berada di dekatku, lagi.
Ku coba bujuk Tuhan untuk mengembalikanmu padaku
Dan yang Tuhan beri, hanya hari. banyak hari. tanpamu.
Selamat ulang tahun, sayang
Selamat ulang tahun untuk ku.
Aku berharap
Tuhan kembalikan rasa istimewa itu kembali menghangat di hati dan hidupku
Bukan sakit
bukan dingin yang membekukan
berapa pun banyaknya hari, takkan senyaman ketika bersamamu
Aku berharap
sehari saja Tuhan. sehari saja. jika tak mungkin ku miliki kembali, luangkan dia denganku, cukup sehari saja.

TV DI WARUNG

Selasa, 05 Agustus 2014



“Makan apa?”

“terserah deh” jawaban wajib setiap kali waktu makan. Karena disekitar kos memang banyak sekali warung dengan bermacam-macam panganan. Yang membuat bingung untuk memutuskan akan makan apa kita malam ini.
“kalo di kos ada tv g pake makan juga gpp, pokoknya ada tv dan bisa liat bola” ujarnya menikmati keterbatasan sarana untuk menonton pertandingan bola yang entah club mana yang sedang dia tunggu-tunggu.
“aku pulang aja yah! Bentar lagi di mulai tau” dia menambahi
“jangan donk. Bentar banget maennya” entah sudah berapa lama dia disini, kurasa waktu benar-benar mempermainkan putarannya sehingga terasa begitu cepat ketika aku bersamanya.
“ya udah, kalo gitu kita cari makan sekarang aja yuk!”
“yuk”
Ku persiapkan diriku pergi makan malam bersamanya. Ku jemput dia yang sudah siap dengan motornya. Aku naik dan motor di jalankan perlahan. Kami berkeliling mencari tempat paling tepat.
“mo makan apa sih?” tanyaku.
“kita nyari warung yang ada tv nya. Bisa sekalian nonton kan” jawabnya santai
Aku mulai mengerti. Mataku berkeliling menelisik warung-warung sepanjang jalan membantunya menemukan tv yang di pasang di warung untuk di tonton pengunjung secara cuma-cuma menemani santap malam pelanggan. Kami melewati jalan yang sama beberapa kali. Ada beberapa warung yang sudah masuk dalam pertimbangan kami berdua.
“disitu aja yank”
“ok deh”

SEDERHANA

Selasa, 23 Juli 2013



                Kali ini dia mengencani ku masih dengan memakai sepatu kanvas dan jins yang sepertinya itu jins yang dia pakai seharian di kampus tadi. Aku jadi kesal setiap kali berjalan dengannya. Aku selalu ingin tampil cantik di depannya, agar dia tidak malu ketika berjalan denganku. Dan dia seperti tidak memperdulikan penampilannya sendiri ketika bersamaku.
“seharian kamu nggak pulang ya?” sindirku.
“pulang. Aku taruh kanvas dan cat di kamar. Setelah itu mandi dan menjemputmu”
“ooo kamu sempat mandi” selidikku.

Ini bukan kencan aneh kali pertama. Yang ku tau, dimana-mana semua pasangan akan mempersembahkan penampilan paling keren dan paling cantik ketika berkencan. Mungkin hanya aku satu-satunya gadis yang kurang beruntung karena pacarku tidak bisa berpenampilan yang pantas ketika bersamaku.
Malam ini aku dan Viga hanya berjalan-jalan saja di taman kota. Sekedar berbincang tentang acara ulang tahunku minggu depan. Aku yang lebih banyak bicara, sedangkan Viga, tetap seperti biasa. Hanya membumbui argumen ku saja, hingga dia mengantarkan aku pulang sampai rumah.
“cepat bersihkan badanmu dan pergi tidur. Jangan begadang karena aku tidak akan manemanimu”
“kamu hati-hati di jalan” jawabku ketus. Viga langsung pulang setelah berpamitan dengan mama.

KSATRIA DESEMBER

Sabtu, 08 Desember 2012


Aku… seperti tersihir jika ketika hujan. Ajaib, semua masih terlihat sama, masih tetap berpesta ria bersama rerintiknya dan bersatu meski menyayat pedih di kulit. Daun-daun masih saja sudi menikmati derasnya meski badai datang terkadang, dan merobohkan tangkai-tangkainya. Begitu juga denganku yang masih nyaman ketika hujan mulai mengetuk-ketuk kaca jendela dan menimbulkan aroma basah genting  yang menyebar keseluruh penjuru ruangan.

Hawa dingin tak pernah menjadi masalah. Apalagi jika sedang bersamamu. Gelak yang kau ciptakan hangat seperti berada di dekat perapian. Teduh seperti berlindung di bawah pohon besar yang tak pernah goyah meski hujan berlipat kali menderas.


Ah,
Hujan selalu saja menghipnotisku untuk tak melupakanmu. Hmm mana bisa aku melupakanmu, tak bisa dipungkiri kau adalah bagian dari hidupku, masih begitu hingga detik ini.

Kau ingat ketika hujan pertama di kebersamaan kita?  Begitu derasnya hingga aku telat menyadari darah segar juga telah menderas di kedua lubang hidungmu. Hah, bodoh. Tapi kau masih saja terus terbahak.

SPECIAL GIFT

Sabtu, 07 Juli 2012


                “Selamat siang anak-anak”
                “selamat siang Mister”
Huaffu!! Hari ini benar-benar panas. Dan yang menjadi rutinitasku setelah bel pulang sekolah berdering adalah berjalan kaki sejauh kurang dari 700 meter menuju halte bus.
                Keluar kelas, aku melihat sebagian besar siswa disini memenuhi parkiran dan mengambil kendaraan mereka masing-masing. Sampai di gerbang, aku melihat mobil-mobil dan motor sekaligus becak-becak berjajar sedikit semrawut menjemput mereka yang tidak membawa kendaraan sendiri.
                “heiii Ka!! Aku duluan yah!!” Sarah salah satu teman seangkatan yang sudah di tunggu mobil Honda jazz merah di depan gerbang sekolah.
                “eh ! oke! Ati-ati” sahut ku berbasa basi

 

Lorem

Ipsum

poem (20) last (8) imagine (4) miss u (4) tentang hujan (4) Arum Manis (2) flsh back (2) hope (2) dulu (1) duluu sekali (1)

Dolor

poem (20) last (8) imagine (4) miss u (4) tentang hujan (4) Arum Manis (2) flsh back (2) hope (2)