Welcome

Let's Imagine With Me (Chery_Moon / e.k.Rahadian)

You Can View All Of Your Life

Istana Cerpen

cerpen kompas

TV DI WARUNG

Selasa, 05 Agustus 2014



“Makan apa?”

“terserah deh” jawaban wajib setiap kali waktu makan. Karena disekitar kos memang banyak sekali warung dengan bermacam-macam panganan. Yang membuat bingung untuk memutuskan akan makan apa kita malam ini.
“kalo di kos ada tv g pake makan juga gpp, pokoknya ada tv dan bisa liat bola” ujarnya menikmati keterbatasan sarana untuk menonton pertandingan bola yang entah club mana yang sedang dia tunggu-tunggu.
“aku pulang aja yah! Bentar lagi di mulai tau” dia menambahi
“jangan donk. Bentar banget maennya” entah sudah berapa lama dia disini, kurasa waktu benar-benar mempermainkan putarannya sehingga terasa begitu cepat ketika aku bersamanya.
“ya udah, kalo gitu kita cari makan sekarang aja yuk!”
“yuk”
Ku persiapkan diriku pergi makan malam bersamanya. Ku jemput dia yang sudah siap dengan motornya. Aku naik dan motor di jalankan perlahan. Kami berkeliling mencari tempat paling tepat.
“mo makan apa sih?” tanyaku.
“kita nyari warung yang ada tv nya. Bisa sekalian nonton kan” jawabnya santai
Aku mulai mengerti. Mataku berkeliling menelisik warung-warung sepanjang jalan membantunya menemukan tv yang di pasang di warung untuk di tonton pengunjung secara cuma-cuma menemani santap malam pelanggan. Kami melewati jalan yang sama beberapa kali. Ada beberapa warung yang sudah masuk dalam pertimbangan kami berdua.
“disitu aja yank”
“ok deh”
Warung soto ayam dan ayam goreng. ketika aku dan dia datang warung tidak terlalu ramai. Aku memesan soto ayam dan dia memesan jeroan a yam goreng dengan sambal tomat dan lalapan. Minumannya es jeruk. Selain tempatnya yang lumayan bersih, tv nya juga pas tepat berada di depan meja kami sedikit di atas, mungkin agar pengunjung di meja belakang dapat ikut nonton.
Benar saja, pertandingan baru saja di mulai,
Aku lihat senyum sumringah meliputi wajahnya yang dingin juga tampan. Bahagia juga menyeruak seketika di hatiku melihatnya puas menemukan yang dia cari.
“itu yang main, temenku. Dia itu …. Blablabla” dia bercerita dengan aura semangat dan kebanggaan.
Ku dengarkan setiap bait kalimatnya. Ku dengarkan baik-baik setiap kata yang keluar dari mulutnya. Ku rekam dalam-dalam suara dan tutur kata yang kian membuatku tergila-gila pada kekasihku ini. Moment ketika dia berbicara dan bercerita adalah hal penting yang patut aku abadikan di memori.
Sebenarnya aku ini banyak bicara, tapi entah betapa kelu nya lidah ini ketika bersamanya. Betapa buta kosakata ketika bersamanya. Dan betapa diri ini membeku kikuk menentukan sikap, setiap kali bersamanya. Ku rasa aku telah benar-benar mencintainya. Tak terbatas dunia. Ku nikmati raut nya ketika bicara, makan, bicara lagi, menatap, dan ketika semangat serta senyum.
Aku tersihir,
Aku buta bola, tapi entah betapa nikmatnya aku menyaksikan bola yang di perebutkan para pria itu. Aku sendiri tidak tau itu pertandingan bola apa? Club mana melawan mana?! Channel tv apa?! Dan sudah jam berapa.
“yah yah” aku kelepasan teriak ketika bola meleset dari kaki pemain. Aku baru sadar bahwa aku di telan suasana. Bodohnya aku, bisa-bisanya aku begitu memperhatikan pertandingan bola, padahal sebelumnya tidak sama sekali. Bahkan dia tetap terlihat begitu tenang menikmati santapan dan pandangannya dan menatapku heran. Ku lihat sekeliling pengunjung pria begitu banyak tapi tidak seheboh dan se- kelepasan seperti aku tadi. Malu nya aku.
Aku dan dia – kita berlama-lama makan di depan tv. Seakan enggan pulang atau mengantarku kembali ke kos sekalipun.
“ngapain ngeliatin aku?” kalimatnya seakan menodongku. Aku gelagapan tapi mataku yang beberapa saat tadi memperhatikannya ku usahakan tetap tenang.
“liat doank g boleh” manyun sesaat memecah tegang. Aku menikmatimu sayang. Betapa malam penuh warna bersamamu mencari warung yang ada tv nya. Menikmati semangkuk soto dengan menonton pertandingan bola. Dan memandangimu menikmati makanan dan hobimu.
Piringmu sudah kosong. Kita akan segera pulang setelah ini. Kamu takut ketinggalan kelanjutan pertandingan bola, tapi aku takut kamu pergi dari pandanganku setelah ini.
“jangan pulang dulu ya :( “ beberapa saat setelah sampai di kos
“lah, ya keburu selesai bola nya. Enggak pulang deh. Aku mo nonton sambil ngopi aja. Ikut nggak?” dia tawarkan beberapa waktu lagi bersamanya. Aku tau ini sudah larut malam, tapi sudahlah, aku memang sudah gila.
“ikutt”
“ok, yuk. Buruan”
Motor kembali berjalan, perlahan berhenti di dekat persimpangan jalan, seperti angkringan dengan warung kopi dan tv mini di atas pagar tembok pinggir jalan yang di tonton banyak mata.
“nemu tv kan :)) ” senyumnya kembali. Kami pesan 2 cangkir kopi dan kembali menikmati bola dalam tv yang benar-benar kecil, di tengah dingin angin malam, dan para laki-laki penikmat bola di sekitar. Ini yang pertama kali sayang. Tidak akan ada malam seperti ini tanpamu.
“eh kamu mau empek-empek g?”
“enggak ah. Kenyang”
“aku beli ya” sudah lah. Beli saja. Nyamankan dirimu asal kamu tetap disini. Bersamaku.
Sesekali ku sandarkan kepalaku di bahunya.
“mau?” di sodorkannya empek-empek yang di makannya dari ujung plastik itu padaku.
“enggak”
Gol, tendangan, drible mewarnai ekspresinya. Yang aku nikmati tak terlewat 1 jengkal pun.
Tidak masalah aku buta bola, tidak masalah keliling mencari tv, tidak masalah malam dengan angin dinginnya, tidak masalah tak ada seorang gadispun kecuali aku, tidak masalah besok harus mengantuk di kantor karena kopi yang membuat mata melotot semalaman. Semua hal aneh menjadi maklum. Hingga waktu benar-benar membuatnya harus mengantarku kembali pulang. Dan dia pulang.
Ku tatap dia menunggangi motornya menjauh sampai hilang dari pandangan, baru aku berjalan masuk dalam kamar.
Aku dekap ponsel beberapa saat, dan ku kirim pesan singkat sekiranya dia telah sampai di rumahnya dengan selamat.
“udah sampe rumah” balasnya.
Tidak ada hal yang terlupa. Aku ceritakan semuanya kepada Tuhan. Tentangnya. Semuuuua tentangnya. Tuhan yang paling tau bagaimana rasa ini tumbuh hingga penuh dengan bunga dan kupu-kupu yang menyesakkan dada. Ku titipkan dia pada Tuhan untuk keselamatannya, kebahagiaan dan ketentraman hati nya juga keluarganya.
Tak ada detik tanpa ingatan tentangnya. Ketika bersama, sendiri, ketika dulu, ketika sekarang. Ketika tak ada lagi hari bersamanya. Ketika tak ada lagi detik tentang kita. Ketika sekarang ini aku menulis tentangnya. Cinta masih tetap sama. Masih tetap menggebu. Masih tetap sadar betapa dinginnya dia kepadaku. Benar-benar dingin. Hingga hatiku membeku hanya untuk dirinya, saja. Yang tersayang. Mr. Ice

0 komentar:

Posting Komentar

 

Lorem

Ipsum

poem (20) last (8) imagine (4) miss u (4) tentang hujan (4) Arum Manis (2) flsh back (2) hope (2) dulu (1) duluu sekali (1)

Dolor

poem (20) last (8) imagine (4) miss u (4) tentang hujan (4) Arum Manis (2) flsh back (2) hope (2)