
“Mana
mungkin aku menolaknya. Abah bisa sangat marah padaku. Tapi aku juga tidak bisa
menerima perjodohan seperti ini” Shela menimpali. Mengeluarkan apa yang kini
membebani pikiran dan hatinya. Hati? Entahlah apakah hal ini juga masuk dalam
pertimbangan hatinya atau tidak. Karena sejak Kia mengenal Shela dan semakin
dekat dan semakin dekat, Kia tahu bahwa sahabatnya satu ini lebih sering
memanjakan ego dan logikanya daripada hati. Karena memang Shela terkadang
kurang peka dan seperti gadis kecil yang asyik dengan mainannya.
“Jika
kamu menolaknya, jelaskan dengan kalimat yang baik pada Abahmu. Jika kamu
menerimanya, berlakulah yang baik di depan lelakimu” Kia menambahkan. Bukannya
tidak mau ambil pusing. Kia kembalikan segala keputusan pada Shela. Karena
Shela yang berhak memutuskan. Toh Shela sudah dewasa dan memiliki kecerdasan
untuk memilah dan memilih mana baik mana buruk. Mana pantas mana tidak pantas.