Welcome

Let's Imagine With Me (Chery_Moon / e.k.Rahadian)

You Can View All Of Your Life

Istana Cerpen

cerpen kompas

BAGAIMANA BISA

Jumat, 22 Oktober 2010

jedug! jedug! jedug!

degup jantungnya sudah seperti derap genderang saja. padahal yang ia lakukan saat ini hanya lali lari dan lari. tak taulah sudah seberapa jauh ia berlaru. mungkin fikirannya hanya bisa memerintahnya untuk lari. bahkan ia tak menatap jalan dan arah tujuan. tak terlihat siapapun mengejarnya. tidak ada gerombolan orang yang meneriakinya 'maling', tak ada anjing peliharaan konglomerat kikir yang mengejar dan menggonggonginya. ia hanya terus berlari.

"berhenti... BERHENTI!!!!" tiba2 ia berteriak dengan nada kacau. ia tetap mendapati kakinya terus berlari tanpa henti, tak mau berhenti, tak dapat berhenti. ia melihat rasa takut yang memburunya. ketakutan tentang apa? pada siapa? lihatlah mukanya megitu semrawut hingga ia temukan sebuah sandaran.


"sebentar lagi... tunggu ya..." nafasnya tersengal2 . bicarapun kini ia harus dengan batin saja karena tak mungkin nafas nya sampai untuk mengutaran sepatah katapun. begitu capai. sangat capai. terlalu lelah. mukanya membiru. ketakutan mulai memudar. ia tempelkan punggungnya pada tembok lembab itu, di celah gedung2 tinggi yang berhimpitan. di tutupi oleh sampah keberadaannya. ternyata maksudnya adalah bersembunyi. matanya memutar melirik ke sekeliling.
"aman"

derap langkahnya halus dengan kecepatan yang konsisten pelan perlahan. di lorong2 gelap sudut kota ia berjalan tanpa lekang langkahnya dari doa. doa yang tak tau ia sengaja atau reflek saja. yang ia tahu ia harus segera kembali dan menemui seseorang yang sejak tadi telah menantinya. tak tau lah, mungkin saja seseorang itu menantinya atau mungkin juga ia yang berharap di nantikan.

"hampir sampai... hampir sampai...!"
dengarlah ! gaya bicara batinnya seperti meronta. ia terlalu merindukan seseorangnya itu hanya sekedar meninggalkannya untuk sejenak berlari mencari persembunyian dari ketakutannya sendiri. 'ayolah... aku ingin cepat sampai' begitu batinnya sejak tadi.

"sabarlah... aku hampir sampai" padahal langkahnya kurang beberapa ribu lagi. tak tahan hatinya akan setiap langkah2 pendeknya, ia menggebu untuk kembali berlari. ya, melarikan kakinya dengan cepat, semakin cepat. lebih cepat dari putaran setiap detik jam. sampai... sampai...

"kau datang" kata seorang gadis kecil yang terbaring lemas di atas matras selembar kardus, dengan bantal kain yang menjamur dan sepotong selimut sarung.

"ini... makanlah! habiskan" kata sang pelari tangguh itu seraya mengeluarkan sesuatu dari kantong plastik di depannya.

"sebentar . akan ku ambilkan kau air minum" layaknya seorang adik kakak saja. tapi apa? mereka siapa? apa mereka saudara? apa hak anak laki2 itu terhadap gadis kecil penyakitan yang sedang terbaring itu?

laki2 yg sok sibuk mengurusi seseorang yang sama sekali tak ada hubungan darah atau saudara denganya. mungkin teman, tapi apa perlu anak laki2 itu berkorban begitu keras.

"kau percaya padaku?" kata anak laki2 itu
"kau akan pergi lagi?
"tunggulah disini. aku akan segera kembali"

menjamah keramaian kota. dan kembali mengulangi ulahnya seperti hari kemarin yang selalu membuatnya berlari terbirit2 tanpa sebab dan ketakutan tanpa ada yg menakut2 i.

keseharian mengambil tanpa ijin makanan dan barang milik pedagang pasar selalu membuat betisnya semakin besar saja karena ia harus segera berlari dan terus berlari jauh dari tenpat itu tanpa memperdulikan arah, tanpa memandang jalan. fikirannya hanya terpaku pada 'lari dan menjauh'. ia harus mendapatkan makanan untuk gadis penyakitan itu. ia harus bisa menghidupinya.

masih sama seperti yg sdah2. teriakan kata 'berhenti' berkali2 meraum dihati dan fikirannya. tapi kakinya mengabaikan perintah itu. terus berlari hingga ia masuk dlm celah2 lembab antar gedung. ia tertunduk karena terlalu pusing. matanya berkunang2. gelap, dan gelap. lebih gelap dari lorong2 di sudut kota. apakah ia mati? tidak! ia tidak mati.

"2 hari kau tak datang" ujar gadis penyakitan itu
"iya... 2 hari saja aku tak melihatmu kini aku kekurangan vitamin sehingga badanku menjadi sekurus ini. dan aku lihat kau juga sangat memerlukan vitamin jadi aku harus terus ada di sampingmu agar kau tidak krisis vitamin lagi" ia kembangkan senyum gadis itu dengan sangat lebar melebihi kelopak bunga kertas.

"aku lapar" gadis itu diam
"iya... tunggu ya, aku akan kembali. seberapa parah rasa laparmu?"
"aku sangat lapar"
"hmm... apa perlu aku bawakan 10 kardus nasi uduk jumbo + beberapa ribu tusuk lauk pauk ala restoran?" ujar si laki2.
"iya... agar kita tidak pernah lagi kelaparan. perus kita akan terus kenyang dengan 10 kardus nasi uduk+beberapa ribu tusuk lauk pauk itu. lagipula kan kita bisa membangun rumah yang lebih besar lagi dengan kardus2 pembungkus nasi itu... iya kan!" jarang2 gadis itu setegar ini dan begitu tergambar percaya diri.

"oh.. kau juga mau kita pakai tusuk2 lauk tadi sebagai rusuk rumah kardus kita! boleh juga. asal kita membangunnya dg cinta pasti Satpol PP pun tak sanggup merobohkannya"
"hahaha" terpingkal mereka berdua memecah suasana kumuh dg aroma busuk sampah di sekitarnya.

"papa joko!" si gadis berteriak mengiringi perginya Joko, si pelari tangguh. Joko berlari dg berbekal se ulas senyum Sari, si gadis kecil penyakitan. tidakkah kau lihat betapa serasinya mereka. dan akan betapa parah kehidupan mereka jika mereka disatukan.

kini sang pelari tangguh tidak begitu merasa ketakutan saat ia mengambil makanan di tempat biasa tnpa ijin. sepertinya ia sudah mulai terbiasa. Joko berlari santai, santai... semakin pelan... pelan,... perlahan ia berhenti di sebuah jalan yg tdk bgtu ramai. ia berdiri dan terdiam dg sekantong makanan khusus untuk Sari.

"bukankah aku td blang akan membawakan 10 kardus nasi uduk?" hatinya ingin meneruskan langkahnya tapi kepalanya tak tau kenapa memaksa untuk menengok ke belakang

"ayooo ITU DIA... KEJAR DIA..." lihatlah! sepertinya penduduk pasar sedang mendekat padanya dg bersenjatakan barang2 dagangan. pa yg dpt d lkukan Joko, pelari tangguh itu malah tdk segera melarikan diri. ia hanya terpaku dan entahlah apa yg sedang ia fikirkan. bodoh!

"aku harus lari..." begitu saja batinnya memberi aba2. betapa bodohnya dia berlari tnpa dg kpercayaan diri. larinya gontai tak seperti biasanya. 1 timpukan mengenai kepalanya. Aw... darah mengucur dr kepala belakangnya. tak terasa sakit hanya saja aliran darahnya terasa dingin merembesi leher dan punggungnya. larinya semakin gontai. sebenarnya ia tak lelah, tak takut sedikitpun tapi ia merasakan betapa hebatnya dia. tak tau karena apa...

"tunggu aku... sebentar lagi sampai kok! sabar ya..."
tak ada waktu untuk membatin lagi. sekali ia membatin kini ia roboh, jatuh, babak belur , hancur sudah tulang2 nya hanya jalaran sebungkus makanan saja. makanan yg sejak tadi di lempar2 kan ke arahnya oleh pemiliknya yg seharusnya makanan itu sdah memenuhi perut Sari yg ia janjikan tadi.

sambil memejamkan mata di pelaratan jalan ia masih saja membatin seakan tak merasa darah mengucur dari hidung, mulut dan kepalanya. bahkan memar di wajah dan bagian tubuhnya tak ia rasa karena terlalu sibuk memikirkan gadis penyakitan yg msh terbaring itu. bodoh

"aku akan pulang setelah ini"
'
2 hri 2 mlm, pnas hjan ia blm jg terbangun. mati ato hanya ingin memuaskan tidur saja. kali ini hujan malam mampu membukakan matanya yg tadinya terpejam rapat 2 hri.

"bagaimna Sari?"
tiada hal yg ia fikirkan lagi kecuali memulai untuk lari menuju 1 tujuannya . ia merasa sangat bodoh, ingin sll berada disampingnya tp apalah ia, ia telalu kecil untuk melindungi seorang gadis penyakitan. tak ada uang sepeser pun untuk memenuhi hidup mereka. mengemis? seorang Joko, sang pelari tangguh tak pernah mengenal itu. ia akan lebih memilih mengambil tanpa ijiin daripada meminta2.

"aku msh telalu kecil, tak punya uang, aku tak dapat menepati janjiku sendiri, aku telalu bodoh. aku terlalu lemah, bodoh, kecil lemah. aku terlalu kekurangan dan tak dapat melakukan apa2 untuknya. aku ini apa?..."

batinnya berteriak , meledak mengiringi langkah kakinya yg smakin menjadi. tersungkur di depan rumah kardusnya... yg ia dapati adalah ....
"sari... sari... sari...!!! sari..?????"


"pa? papa...??? PA..!!" teriakan lantang merogoh telinga kirinya
"sari...!!!!"
"PAPA BANGUN!!!"
"mama? iya, iya papa bangun. ada apa sih ma? loh, Bik?"
"Tuan sih tidur pake teriak manggil2 nyonya begitu... hehe"
"papa mimpiin mama lagi ya..." seorang wanita jelita menjitak jidat pengusaha pengigo ulung itu.

"papa kangen sama mama... sepertinya tadi mama msh kecil kok sekarang udah tua gini?"
papa mulai lg deh... mimpi yg bagian mana pa?"
"mimpi waktu mama belum jadi secantik ini... masih dekil"
"ah papa..."
"ahhh mama... hehe"
terpingkal bernostalgia atas perjalan hidup yg terindah

"Bik, tolong ambilkan kopi untuk bapak ya Bik!"
Bik, gak usah masak dirumah, kami mau makan nasi uduk di pinggir jalan besar sana. Bibik jg ikut ya..."

"iya Tuan joko... Mari nyonya, saya gnti baju dulu..."

"ya Bik..."



Bagaimana bisa?
bisa saja ... kehidupan, siapa yang mampu menebaknya?

2 komentar:

Unknown mengatakan...

itulah indahnya misteri hidup
unpredictable

Rahadian E. Kusuma mengatakan...

y

Posting Komentar

 

Lorem

Ipsum

poem (20) last (8) imagine (4) miss u (4) tentang hujan (4) Arum Manis (2) flsh back (2) hope (2) dulu (1) duluu sekali (1)

Dolor

poem (20) last (8) imagine (4) miss u (4) tentang hujan (4) Arum Manis (2) flsh back (2) hope (2)